Senin, 18 April 2011

nih manfaat " Muhasabah Diri "



Muhasabah diri mendatangkan banyak manfaat, di antaranya bisa
mengetahui aib diri sendiri. Orang yang tidak mengetahui aib dirinya
dia tak akan mampu menghilangkannya. Tetapi jika dia mengetahui
aib dirinya, maka ia akan membencinya karena Allah.
Imam Ahmad meriwayatkan*’ dari Abu Darda’ Radhiyallahu Anhu,
“Tidaklah seseorang memiliki pemahaman yang dalam sampai ia
membenci manusia karena Allah, kemudian ia kembali kepada dirinya
sendiri, lalu ia lebih membenci terhadap dirinya.”
Mutharrif bin Abdillah berkata, “Seandainya manusia itu tidak lebih
mengetahui tentang diriku, niscaya aku jauhi mereka.”
Ayub As-Sakhtiyani berkata, “Jika orang-orang shalih disebut maka
aku adalah orang yang terasing.”
Ketika Sufyan Ats-Tsauri dalam sakaratul maut, Abul Asyhab”‘ dan
Hammad bin Salamah masuk kepadanya. Hammad berkata kepada
Sufyan, “Wahai Abu Abdillah, bukankah engkau sudah merasa aman
dari sesuatu yang engkau takuti? Dan engkau telah melakukan apa yang engkau harapkan, sedangkan Dia Maha Penyayang di antara para
penyayang.” Sufyan menjawab, “Wahai Abu Salamah, apakah engkau
mengharapkan orang seperti aku ini bisa selamat dari neraka?” Ia
menjawab, “Ya, demi Allah, sungguh aku mengharapkanmu demikian.”
Yunus bin Ubaid berkata, “Sesungguhnya aku mendapatkan seratus
ciri kebaikan, aku tidak tahu apakah dalam diriku terdapat satu
daripadanya.”
Muhammad bin Wasi’ berkata, “Seandainya dosa memiliki aroma,
tentu tak seorang pun yang kuat duduk bersamaku.”**)
Pernah suatu ketika Daud Ath-Tha’i diceritakan di hadapan seba-
gian para raja, sehingga mereka pun memujinya, maka ia berkata, “Seandainya manusia mengetahui sebagian apa yang ada pada kami, tentutak sepatah pun lisan yang menyebutkan kebaikan kami selamanya.”
Abu Hafsh berkata, “Siapa yang tidak berprasangka buruk kepada
nafsunya sepanjang waktu, tidak menyelisihinya dalam setiap keadaan, serta tidak menyeretnya pada apa yang dibencinya sepanjang waktunya, maka orang itu telah terperdaya. Dan siapa yang melihat kepada nafsunya dan menganggap baik sesuatu daripadanya maka sesuatu itu telah menghancurkannya.”
Nafsu senantiasa mengajak pada kehancuran, membantu para musuh, menginginkan setiap keburukan, mengikuti setiap yang jahat, dan
secara tabi’at, ia senantiasa menyelisihi (kebaikan). Maka nikmat yang
tak terbayangkan besarnya adalah keluar dari belenggu nafsu itu serta
melepaskan diri dari perbudakannya. Sebab nafsu adalah pembatas
antara hamba dengan Allah. Dan orang yang paling mengetahui tentang nafsu adalah orang yang paling menjauh dan paling benci padanya. Dan kebencian terhadap nafsu karena Allah adalah di antara sifat orang-orang yang benar. Dan dengan kebencian sekejap saja terhadap nafsu itu seseorang menjadi dekat kepada Allah Ta’ala, bahkan berlipat-lipat dari kedekatan karena beramal.
Termasuk manfaat muhasabah diri yaitu bahwa dengan muhasabah
ia menjadi tahu hak Allah Ta’ala. Dan siapa yang tidak mengetahui
hak Allah atas dirinya, maka ibadahnya kepada-Nya hampir tak bermanfaat sama sekali, ibadahnya sungguh sangat sedikit sekali manfaatnya. Dan sesuatu yang termasuk paling bermanfaat bagi hati adalah merenungkan hak Allah atas hamba-Nya. Karena hal itu akan mengakibatkan kebenciannya terhadap nafsunya, ia akan menjauhkan diri daripadanya, ia akan membersihkan diri dari ujub (bangga diri) dan riya’. Sebaliknya hal itu akan membukakan untuknya pintu rendah diri, kehinaan dan ketidak berdayaan di hadapan Tuhan, ia akan menyesalkan nafsunya, dan bahwa keselamatan tak akan ia dapatkan kecuali dengan ampunan, maghfirah dan rahmat Allah. Dan sungguh di antara hak-hak Allah adalah Dia wajib ditaati dan tidak diingkari, Ia wajib diingat tidak boleh dilupakan, wajib disyukuri dan tidak boleh dikufuri.
Siapa yang merenungkan hak-hak ini niscaya ia mengetahui dengan
seyakin-yakinnya bahwa dia tidak mampu melakukannya sebagaimana
mestinya. Dan bahwa tak ada lagi yang diharapkannya selain ampunan dan maghfirah Tuhannya, dan seandainya ia ditimbang sesuai dengan amalnya maka ia akan binasa.
Inilah yang menjadi perenungan para ahli ma’rifat (yang menge-
tahui) Allah Ta’ala dan diri mereka sendiri. Dan ini pula yang menjadi-
kan mereka menyesalkan dirinya dan menggantungkan semua harapan mereka kepada ampunan dan rahmat Tuhannya.
Jika Anda melihat kondisi sebagian besar manusia, tentu keadaan
mereka adalah kebalikannya. Mereka mempertanyakan hak mereka
atas Allah, dan tidak mempedulikan hak Allah atas mereka. Dan dari
sini kemudian mereka terputus dari Allah, dan hati mereka menjadi
tertutup dari mengetahui, mencintai dan merindui pertemuan dengan-
Nya, juga tidak bisa menikmati dzikir kepada-Nya. Dan yang demikian
itu adalah puncak kebodohan manusia terhadap Tuhan dan dirinya.
Karena itu muhasabah diri adalah melihatnya hamba pertama kali
terhadap hak Allah atas dirinya. Selanjutnya ia melihat apakah dirinya
telah mewujudkan hak tersebut? Dan itulah sebaik-baik perenungan.
Karena ia akan menghantarkan hati kepada Allah serta melemparkan-
nya di hadapan-Nya sebagai seorang yang rendah dan nista tetapi de-
ngannya ia mendapatkan penawarnya, menjadikannya sebagai seorang yang fakir dan papa tetapi dengan itulah kekayaannya, menjadikannya hina tetapi dengan itulah kemuliaannya.

sumber : shirotholmustaqim.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar